Pengertian Revaluasi, contoh dan Dampak Revaluasi pada Bisnis
Kebijakan pengelolaan nilai mata uang adalah hal penting bagi suatu negara. Dalam pengelolaan nilai uang tersebut, ada berbagai strategi kebijakan yang bisa diambil, salah satunya adalah dengan revaluasi. Apa itu revaluasi? Kita akan mengulas pengertian revaluasi, contoh revaluasi dan dampaknya terhadap bisnis.
Kebijakan revaluasi diambil oleh pemerintah untuk menunjukkan bahwa kondisi ekonomi negara tersebut positif. Sekalipun demikian, pengambilan kebijakan revaluasi terkadang tidak hanya memberikan dampak positif saja, melainkan bisa juga memberikan dampak negatif. Dampak revaluasi ini paling banyak terasa bagi bisnis yang terkaitan dengan kegiatan ekspor dan impor.
Kebijakan revaluasi ini dilakukan dengan mempengaruhi nilai tukar rupiah sehingga nilai transaksi dalam kegiatan ekspor impor pun juga akan ikut berpengaruh. Sebab, nilai tukar rupiah akan mengalami perubahan.
Baca juga: Kebijakan Anti Dumping WTO dan Contoh Sengketa Dumping Indonesia
Akan tetapi, bagi dunia bisnis, perubaha ini akan dikalikan sejumlah pembayaran yang digunakan sehingga penghematan yang dicapai bisa mencapai nilai milyaran atau lebih. Karenanya, kebijakan revaluasi akan lebih terasa bagi para pebisnis yang bekerja di bidang ekspor-impor karena dalam transaksinya melibatkan nilai tukar rupiah.
Agar lebih jelas, kita bisa merujuk pada studi kasus pengaruh revaluasi terhadap bisnis, seperti berikut ini:
1# Kasus Impor
Sebuah perusahaan XYZ mempunyai kebutuhan bahan baku produksi yang harus diperoleh dari luar negeri. Perusahaan membeli bahan baku tersebut dengan harga $1.000. Sebelum adanya kebijakan revaluasi, nilai tukar rupiah adalah Rp 12.000, sehingga perusahaan perlu mengeluarkan sejumlah uang Rp 12 juta.
Ketika pemerintah melakukan kebijakan revaluasi dan nilai tukar menguat sehingga jadi Rp 11.000, uang yang harus dikeluarkan perusahaan untuk impor jadi berkurang tinggal Rp 11 juta. Ini lantaran nilai tukar rupiah menurun. Dalam kasus ini, kebijakan revaluasi terbilang menguntungkan bagi importir.
2# Kasus Ekspor
Kegiatan ekspor dan impor pada prinsipnya bertolak belakang dalam hal pembayarannya. Jika revaluasi berdampak positif bagi impor, sebaliknya revaluasi ini akan berdampak negatif bagi ekspor. Semisal perusahaan XYZ menjual produk bisnisnya ke luar negeri seharga Rp 12 juta dengan nilai tukar sebesar Rp 12.000, berarti uang dollar yang diterima sebesar $1.000.
Akan tetapi, ketika kebijakan revaluasi diberlakukan berarti uang dollar yang diterima ketika nilai tukar Rp 11.000 akan berkurang atau tidak sampai $1000. Hal ini bisa merugikan penjual karena harga jual produknya menurun.
3# Kasus Saham
Selain pada kegiatan ekspor impor, kebijakan revaluasi juga dapat berpengaruh terhadap harga saham suatu perusahaan. Pada kasus harga saham, nilai tukar rupiah mungkin tidak akan secara langsung memberikan dampak, akan tetapi tetap ada pengaruhnya.
Revaluasi dapat berpengaruh positif bagi para pemilik saham ketika dalam jangka waktu tertentu. Pengaruhnya akan terasa ketika terjadi traading saham sehingga untuk melakukan trading, para pemilik saham harus ikut mempertimbangkan kebijakan revaluasi karena berkaitan dengan kinerja perusahaan saham.
Baca juga: Arti dan Jenis-Jenis Pasar
Di sisi lain, dampak revaluasi juga dapat menjadi negatif, terutama bagi kegaitan para pebisnis. Kebijakan revaluasi biasanya dapat membuat daya saing dan keuntungan pengusaha yang ada di dalam negeri tidak stabil, terutama bagi yang melakukan kegiatan ekspor-impor.
Adanya kebijakan revaluasi membuat harga barang-barang lokal bisa jadi lebih murah di pasar internasional. Hal ini membuat para pengusaha lokal mendapat tekanan agar meningkatkan produktivitas, melakukan kegiatan promosi barang secara lebih besar sehingga mampu bersaing di pasar internasional, dan menurunkan harga barang.
Pengertian Revaluasi
Pengertian Revaluasi adalah kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dalam rangka meningkatkan nilai mata uang dalam negeri, terhadap mata uang asing. Jadi, pemerintah melakukan intervensi terhadap pengelolaan mata uang sehingga nilai mata uang dalam negeri dapat terjaga atau tetap stabil.Kebijakan revaluasi diambil oleh pemerintah untuk menunjukkan bahwa kondisi ekonomi negara tersebut positif. Sekalipun demikian, pengambilan kebijakan revaluasi terkadang tidak hanya memberikan dampak positif saja, melainkan bisa juga memberikan dampak negatif. Dampak revaluasi ini paling banyak terasa bagi bisnis yang terkaitan dengan kegiatan ekspor dan impor.
Kebijakan revaluasi ini dilakukan dengan mempengaruhi nilai tukar rupiah sehingga nilai transaksi dalam kegiatan ekspor impor pun juga akan ikut berpengaruh. Sebab, nilai tukar rupiah akan mengalami perubahan.
Baca juga: Kebijakan Anti Dumping WTO dan Contoh Sengketa Dumping Indonesia
Contoh Pengaruh Revaluasi Terhadap Bisnis
Dari sisi bisnis, kebijakan revaluasi ini memang dapat terasa sifnifikan. Meskipun bagi masyarakat awam, kebijakan revaluasi ini tidak akan begitu terasa. Ibaratnya, perubahan nilai tukar rupiah yang hanya Rp 100 tidak akan begitu berarti bagi masyarakat yang berbelanja.Akan tetapi, bagi dunia bisnis, perubaha ini akan dikalikan sejumlah pembayaran yang digunakan sehingga penghematan yang dicapai bisa mencapai nilai milyaran atau lebih. Karenanya, kebijakan revaluasi akan lebih terasa bagi para pebisnis yang bekerja di bidang ekspor-impor karena dalam transaksinya melibatkan nilai tukar rupiah.
Agar lebih jelas, kita bisa merujuk pada studi kasus pengaruh revaluasi terhadap bisnis, seperti berikut ini:
1# Kasus Impor
Sebuah perusahaan XYZ mempunyai kebutuhan bahan baku produksi yang harus diperoleh dari luar negeri. Perusahaan membeli bahan baku tersebut dengan harga $1.000. Sebelum adanya kebijakan revaluasi, nilai tukar rupiah adalah Rp 12.000, sehingga perusahaan perlu mengeluarkan sejumlah uang Rp 12 juta.
Ketika pemerintah melakukan kebijakan revaluasi dan nilai tukar menguat sehingga jadi Rp 11.000, uang yang harus dikeluarkan perusahaan untuk impor jadi berkurang tinggal Rp 11 juta. Ini lantaran nilai tukar rupiah menurun. Dalam kasus ini, kebijakan revaluasi terbilang menguntungkan bagi importir.
2# Kasus Ekspor
Kegiatan ekspor dan impor pada prinsipnya bertolak belakang dalam hal pembayarannya. Jika revaluasi berdampak positif bagi impor, sebaliknya revaluasi ini akan berdampak negatif bagi ekspor. Semisal perusahaan XYZ menjual produk bisnisnya ke luar negeri seharga Rp 12 juta dengan nilai tukar sebesar Rp 12.000, berarti uang dollar yang diterima sebesar $1.000.
Akan tetapi, ketika kebijakan revaluasi diberlakukan berarti uang dollar yang diterima ketika nilai tukar Rp 11.000 akan berkurang atau tidak sampai $1000. Hal ini bisa merugikan penjual karena harga jual produknya menurun.
3# Kasus Saham
Selain pada kegiatan ekspor impor, kebijakan revaluasi juga dapat berpengaruh terhadap harga saham suatu perusahaan. Pada kasus harga saham, nilai tukar rupiah mungkin tidak akan secara langsung memberikan dampak, akan tetapi tetap ada pengaruhnya.
Revaluasi dapat berpengaruh positif bagi para pemilik saham ketika dalam jangka waktu tertentu. Pengaruhnya akan terasa ketika terjadi traading saham sehingga untuk melakukan trading, para pemilik saham harus ikut mempertimbangkan kebijakan revaluasi karena berkaitan dengan kinerja perusahaan saham.
Baca juga: Arti dan Jenis-Jenis Pasar
Dampak Positif dan Negatif Revaluasi
Kebijakan revaluasi diambil suatu negara demi mendukung kepentingan ekonomi dalam jangka panjang. Sebab, dengan nilai rupiah di Indonesia yang tumbuh stabil dalam jangka waktu lama, artinya menandakan pertumbuhan ekonomi negara tersebut membaik. Selain itu, neraca perdagangan juga dapat dikatakan surplus atau defisit tergantung pada nilai tukar rupiahnya.Di sisi lain, dampak revaluasi juga dapat menjadi negatif, terutama bagi kegaitan para pebisnis. Kebijakan revaluasi biasanya dapat membuat daya saing dan keuntungan pengusaha yang ada di dalam negeri tidak stabil, terutama bagi yang melakukan kegiatan ekspor-impor.
Adanya kebijakan revaluasi membuat harga barang-barang lokal bisa jadi lebih murah di pasar internasional. Hal ini membuat para pengusaha lokal mendapat tekanan agar meningkatkan produktivitas, melakukan kegiatan promosi barang secara lebih besar sehingga mampu bersaing di pasar internasional, dan menurunkan harga barang.