Pendekatan Perilaku Konsumsi
Sudah menjadi hal yang wajar bila seseorang akan berusaha mencapai kepuasaan tertentu dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam aspek ekonomi, maka pemenuhan kebutuhan hidup ini akan dilakukan dengan mengkonsumsi barang dan jasa yang ada.
Namun, dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya ini, setiap orang mempunyai pola perilaku konsumsi yang berbeda. Pola konsumsi setiap orang ini bergantung pada jenis kebutuhan hidup masing -masing orang yang berbeda.
Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi
Sebelum memasuki pembahasan mengenai pendekatan perilaku konsumsi, kita perlu tahu siapa pihak yang melakukan kegiatan konsumsi ini? Para pelaku kegiatan konsumsi dalam ilmu ekonomi disebut sebagai konsumen.
Kegiatan konsumsi ini adalah kegiatan menghabiskan atau mengurangi nilai guna suatu barang dan jasa. Tujuan dari kegiatan konsumsi ini adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup secara memuaskan.
Dalam memenuhi kegiatan konsumsi ini, para konsumen akan dipengaruhi oleh faktor -faktor tertentu. Faktor faktor yang mempengaruhi konsumsi bisa berasal dari faktor intern atau dari dalam diri konsumen, dan juga dari faktor ekstern atau dari luar diri konsumen.
Faktor intern yang mempengaruhi konsumsi meliputi tingkat pendapatan, selera konsumen, kebutuhan dan lainnya. Sedangkan faktor ekstern yang mempengaruhi konsumsi meliputi harga baran dan jasa, harga barang substitusi (pengganti), perkiraan terhadap masa depan serta lingkungan sosial.
Pendekatan Perilaku Konsumsi
Perilaku konsumen pada dasarnya menitikberatkan pada kegiatan yang berkaitan dengan konsumsi individu. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Hanna N dan Wozniak R dalam bukunya Consumer Behavior : An Applied Approach.
Perilaku konsumen berhubungan dengan alasan dan kondisi yang mempengaruhi pemilihan, pembelian, penggunaan atau pemanfaatan serta pembuangan barang dan jasa dengan tujuan untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan dari individu sebagai pihak konsumen.
Yang dimaksud dengan perilaku konsumen ini adalah tindakan konsumen dalam mengonsumsi barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Melalui kegiatan konsumsi, maka konsumen berharap untuk bisa mendapatkan manfaat atau kepuasaan yang sebesar -besarnya (maximum satisfaction).
Perilaku konsumsi ini berpengaruh terhadap tingkat kepuasan tiap -tiap individu. Untuk menganalisa perilaku konsumsi ini, dapat dilakukan dengan pendekatan kardinal dan pendekatan ordinal.
Pendekatan Kardinal Perilaku Konsumsi
Pendekatan kardinal dalam menilai perilaku konsumen ini dilakukan dengan cara mengukur secara kuantitatif tingkat kepuasan konsumen dalam bentuk angka. Ukuran nilai guna suatu barang tergantung dari penilaian seseorang. Artinya, pendekatan kardinal ini lebih bersifat subjektif.
Pengukuran yang digunakan untuk mengetahui nilai guna suatu barang ini disebut sebagai util (utility). Berdasarkan pendekatan kardinal dalam perilaku konsumsi, nilai guna barang dikelompokkan dalam : Nilai guna total dan nilai guna marginal.
- Nilai Guna Total (Total Utility)
Nilai guna total adalah nilai kepuasan seluruh konsumen karena mengkonsumsi barang atau jasa tertentu. Akan tetapi, nilai kepuasan konsumen di sini akan berkurang pada titik tertentu.
- Nilai Guna Marginal (Marginal Utility)
Nilai guna marginal adalah tambahan nilai kepuasan yang didapatkan konsumen sebagai akibat dari bertambahnya jumlah barang yang dikonsumsi. Contohnya, nilai guna total konsumsi mangga pertama sebesar 10 util. nilai gunak konsumsi kedua sebesar 15 util. nilai guna marginal atas bertambahkan satu buah mangga yang dikonsumsi sebesar 5 util, yaitu 15 util - 10 util.
Ketika konsumen mengongsumsi barang atau jasa tertentu secara terus menerus, mulanya tingkat kepuasan total akan bertambah. Akan tetapi, pada titik tertentu akan tiba pula pada titik jenuh di mana nilai kepuasan konsumen akan menurun. Kondisi ini disebut sebagai Hukum Gossen I.
Bunyi Hukum Gossen I, yaitu :
“ Jika jumlah barang yang dikonsumsi dalam jangka waktu tertentu terus ditambah, maka kepuasan total yang didapatkan juga akan bertambah. Akan tetapi, kepuasan marginalnya akan semakin berkurang. Bahkan jika konsumsi terus dilakukan, maka pada akhirnya tambahan kepuasan total akan berkurang.”
Pendekatan Ordinal Perilaku Konsumsi
Jika pada pendekatan kardinal nilai kepuasan konsumen bisa diukur dengan angka, maka tidak demikian pada pendekatan ordinal. Perilaku konsumen pada pendekatan ordinal tidak bisa diukur dengan angka.
Pengukuran tingkat kepuasan konsumen diukur dengan peringkat. Sebagai contoh, rasa tidak puas, cukup puas, puas dan sangat puas. Pendekatan ordinal ini juga sering disebut sebagai Pendekatan Indeferen, yang disertai pula dengan kurva indeferen (indeference curve).
Kurva indeferen merupakan kurva yang menggambarkan berbagai kombinasi konsumsi atas dua jenis barang atau jasa yang mempunyai nilai kepuasan sama.
Karakteristik dari kurva indeferen ini adalah grafiknya yang berbentuk cembung dan menurun dari kiri atas ke kanan bawah, tidak saling memotong, serta titik yang berada di sisi bagian kanan atas menggambarkan tingkat kepuasan yang lebih tinggi.
Terkait dengan Pendekatan Ordinal pada Perilaku Konsumsi ini, dikenal pula Hukum Gossen II.
Bunyi Hukum Gossen II, yaitu :
“ Seorang konsumen akna membagi -bagi pengeluarannya untuk membeli berbagai macam barang sedemikian rupa sehingga kebutuhan -kebutuhannya dapat terpenuhi secara seimbang.”