Memahami Konsep Paradiplomasi dalam Hubungan Internasional
Perkembangan Para Paradiplomasi dalam Interaksi Internasional
Dalam pandangan tradisional, diplomasi merujuk pada hubungan
antar negara berdaulat dalam rangka implementasi kebijakan luar negeri,
terutama dalam hal pembentukan perdamaian dan penyelesaian konflik.
Dalam pelaksanaannya, proses diplomasi secara tradisional
juga selau patuh pada kerangka yang terperinci. Dimulai dari pembukaan,
manajemen konflik atau permasalahan, informasi dan komunikasi, negosiasi
internasional, kewajiban perlindungan, serta kontribusi pada tata tertib
internasional. Semua tahapan ini dilakukan dalam kerangka formal kenegaraan.
Namun, konsep diplomasi ini terus mengalami perkembangan
hingga menyebabkan pergeseran makna. Sejak tahun 1960an, pada awal perang
dingin, nilai dasar diplomasi bergeser dari sifat formal dan kenegaraan menuju
konsep yang lebih luas.
Diplomasi ( baca: Memahami Diplomasi (Perkembangan dan Pengertian) ) secara modern (pasca 1960-an) tidak lagi merujuk
pada aktivitas hubungan internasional yang dilakukan oleh negara melalui
perwakilan diplomat resminya saja. Diplomasi juga dapat digunakan untuk
menyebut internaksi internasional yang dilakukan oleh aktor hubungan
internasional bukan negara.
Karena aktor pemerannya tidak lagi hanya negara, maka tujuan
dari diplomasi sendiri juga berkembang menyesuaikan kepentingan. Para pelaku
bisnis internasional misalnya, memanfaatkan diplomasi sebagai sarana
pengembangan pasar.
Sementara para kelompok kepentingan memanfaatkannya untuk
memperjuangkan kepentingan mereka, seperti lingkungan, kesehatan, sanitasi
ataupun pendidikan. Begitu juga organisasi internasional maupun regional yang
memanfaatkan diplomasi sebagai sarana memperbaiki tatanan hubungan dan norma
internasional.
Lebih jauh, diplomasi modern menempatkan para pelaku
diplomasi bukan negara ini pada posisi penting dalam hubungan internasional.
Mereka turut diperhitungkan dalam pengambilan kebijakan internasional. Bahkan,
mereka pun kerap menjadi rekan negara dalam berdiplomasi.
Institusi-institusi internasional pun ikut bermunculan dan
mengambil perannya masing-masing. Organisasi tingkat regional, internasional,
organisasi non profit, serta perusahaan multinasional memiliki posisi yang kuat
dalam berdiplomasi dengan negara serta dapat mempengaruhi kebijakan dalam dan
luar negeri suatu negara.
Dalam hal ini, pemerintah mempertinggi hak dan peran
individu dalam melakukan diplomasi. Pemerintah negara juga memperluas aspek
pembahasan dalam diplomasi diluar perdamaian dan resolusi konflik, yakni juga
mencakup aspek kesehatan, pendidikan, wanita, ketenagakerjaan, dan sebagainya.
Perkembangan pengertian diplomasi ini tentu memberikan
dampak yang luas dalam khasanah ilmu hubungan internasional baik secara teori
maupun praktis. Kajian-kajian mengenai diplomasi modern juga terus berkembang.
Diplomasi modern memunculkan adanya multitrack diplomasi, total diplomasi,
hingga paradiplomasi.
Perkembangan diplomasi ini senantiasa menyesuaikan diri
dengan situasi global yang semakin terintegrasi dalam berbagai aspek yang kompleks.
Pemerintah Indonesia sendiri juga mengembangkan pengertian diplomasi melalui
Undang-Undang Pasal 37, tahun 1999. ( Kamu bisa juga baca: Teori Paradiplomasi dalam Otonomi daerah di Indonesia )
Dalam UU Pasal 37 1999 disebutkan bahwa pelaku hubungan
internasional meliputi pemerintah di tingkat pusat dan daerah atau lembaga-lembaganya,
lembaga negara, badan usaha, organisasi politik, organisasi masyarakat, lembaga
swadaya masyarakat, atau warga negara.
Konsep ini juga dapat
diasumsikan bahwa negara membagikan tugas pokok diplomasinya. Neves, dalam
sebuah jurnal terkait paradiplomacy mengungkapkan bahwa globalisasi mendorong
pergeseran dari macro-regionalism menjadi bentuk micro-region atau yang
disebutnya sebagai paradiplomasi.
Dimana peran diplomasi oleh pemerintah
pusat kini mulai diambil alih oleh pemerintah daerah dan para aktor lokal
daerah yang saling bekerjasama dengan daerah lain dalam ranah hubungan
internasional.
Paradiplomasi dinilai lebih
efektif karena memiliki pemahaman yang mendalam terhadap masyarakatnya. Dengan
demikian, aktivitas hubungan internasional yang dijalankan difokuskan pada
pengembangan daerah, dari berbagai sektor.
Pengertian paradiplomasi
Lantas, seperti apa sebenarnya konsep dari paradiplomasi
tersebut? Pengertian paradiplomasi menurut Ivo Duchacek & Soldatos, adalah
aktivitas yang merujuk pada pada hubungan internasional yang dilakukan oleh
institusi subnasional, regional, maupun lokal, untuk kepentingannya.
Konsep paradiplomasi pada dasarnya adalah bentuk sinkronisasi
kepentingan semua aktor hubungan internasional dalam suatu negara. Tujuannya
beragam, seperti :
·
Peningkatan pemahaman dan kesadaran aktor sub
nasional dalam diplomasi
·
Penguatan kapasitas dan kapabilitas aktor sub
nasional
·
Meningkatkan rasa tanggung jawab dan kepentingan
bersama dalam keselarasan
·
Memaksimalkan proses pencapaian kepentingan
daerah, hak daerah, dan potensi daerah, dalam berbagai bentuknya
Contoh kegiatan
paradipomasi yang dapat dilakukan pemerintah daerah
·
Pembentukan sister city
·
FDI (foreign
direct investment)
·
Pembentukan proyek bersama
·
Pengiriman delegasi
3 tipe paradiplomasi
Paradiplomasi dapat juga ke dalam tiga tipe, meliputi :
1. Transborder
paradiplomacy
Transborder paradiplomacy terjadi
pada suatu hubungan diplomasi yang dilakukan oleh aktor sub nasional yang
berbatasan langsung secara geografis.
2. Transregional
paradiplomacy
Transregional paradiplomacy
terjadi ketika hubungan diplomasi dilakukan oleh aktor sub nasional yang
berbeda negara dalam satu kawasan, namun tidak berbatasan langsung
3. Global
paradiplomacy
Global paradiplomacy merupakan
hubungan diplomasi antar aktor sub nasional yang berasal dari kawasan yang
berbeda.
Peran Aktivitas Paradiplomasi
dalam Regionalisme
Kegiatan paradiplomasi yang berlangsung pada tataran
regional, ada beberapa peran atau manfaat. Peran atau manfaat para diplomasi
dalam regionalisme berupa:
1.
Penguatan cohesiveness
2.
Social
cohesiveness
3.
Economic
cohesiveness
4.
Politic
cohesiveness
5.
Organizational
cohesiveness
Upaya peningkatan
kapasitas dan kapabilitas paradiplomasi
1. Pembentukan
regulasi yang kontributif
2. Pemberdayaan
dan advokasi terhadap aktor sub nasional
3. Komunikasi
dan dialog intensif antara aktor nasional dan sub nasional
4.
Kebijakan pusat dan daerah yang mampu
menumbuhkan self enforcing
5. Mengurangi
gap atau jarak antara kebijakan dalam
politik luar negeri dengan kebijakan pemerintahan daerah.
Neves, Miguel Santos. 2010. Paradiplomacy, Knowledge Regions and the Consolidation of “Soft
Power” Vol 1. Portugal: Universidade Autónoma de Lisboa.