Periodisasi Sastra – Perkembangan Kesusastraan
Periodisasi Sastra di Indonesia
Periodisasi sastra adalah pembagian perkembangan kesusastraan yang pengelompokkannya berdasarkan pada periode waktu tertentu, dimana dalam periode tersebut sastra memiliki ciri khas yang serupa.
Periode sastra membahas mengenai perkembangan sastra dari masa ke masa. Di Indonesia, periodisasi sastra secara umum dibagi menjadi:
1. Kesusastraan Lama, yang terdiri dari:
- masa kesusastraan purba
- masa kesusastraan pengaruh Hindu
- masa kesusastraan pengaruh Arab
2. Kesusastraan peralihan atau masa Abdullah
3. Kesusastraan baru, yang terbagi atas :
- masa Balai Pustaka
- masa Pujangga Baru
- masa Angkatan ‘45
- masa Angkatan ‘66
Berikut akan diuraikan mengenai Kesusastraan Lama dan Masa Peralihan
Masa Kesustraan Lama
a. Masa Kesusastraan Purba
Kesusastraan purba merupakan kesusastraan melayu sebelum masuknya pengaruh Hindu dan Arab. Pada masa ini kesusastraan masih bersifat lisan atau leluri, karena masih banyak yang tidak mengenal tulisan atau aksara.
Karangan, baik berupa puisi atau pun prosa disampaikan mulut ke mulut oleh seorang yang disebut tukang cerita atau pelipur lara. Di daerah Jawa Barat, tukang cerita atau pelipur lara juga dikenal dengan sebutan Pawang.
Kesusastraan purba dalam bentuk prosa contohnya dongeng, sedangkan dalam bentuk puisi contohnya mantra dan pantun.
b. Masa Pengaruh Hindu
Masuknya agama Hindu ke Indonesia ikut mempengaruhi perkembangan sasatra melayu purba dan kesusastraan daerah. Agama Hindu memunculkan dongeng-dongeng yang berhubungan dengan dewa-dewa dan kepercayaan lain seperti cerita Mahabharata dan Ramayana, dan dalam puisi muncul bentuk gurindam.
Sejak masa kesusastraan yang dipengaruhi hindu ini mulai dikenal kesusastraan tertulis yang dibuktikan dari banyaknya ditemukan prasasti-prasasti dalam tulisan India (tulisan Pallawa), meskipun penyampaian sastra melalui lisan juga masih banyak.
Baca juga: Macam Makna dalam Semantik
c. Masa Pengaruh Islam
Ciri-ciri kesusastraan lama secara umum, yakni:
1. Karya sastra disampaikan secara lisan (leluri)
2. Tidak diketahui siapa pengarangnya
3. Isi karangan istana sentris atau selalu menceritakan kehidupan raja, istana dan putra-putri raja
4. Isi cerita bersifat khayalan fantastis yang tidak masuk akal
5. Isi cerita mengandung pengaruh agama dan kepercayaan Hindu dan Arab.
Jasa-jasa Abdullah dalam perkembangan kesusastraan yakni:
1. Membawa perubahan baru bagi kesusastraan Melayu dengan mengenalkan karya yang bersifat biografi.
2. Menerjemahkan kitab suci Al-Qur’an ke dalam bahasa Melayu.
3. Ikut serta dalam menyusun buku sejarah Melayu.
Masuknya ajaran Islam ke Indonesia turut menambah khasanah kesusastraan Melayu dan daerah. Ajaran islam mempengaruhi munculnya sastra dalam bentuk prosa dan puisi yang khas kesusastraan Arab dan Persia.
Contohnya dalam bentuk puisi adalah syair, rubai, nazam, dan gazal, sedangkan contoh dalam bentuk prosa dikenal hikayat seperti Hikayat 1001 malam dan dongeng Abu Nawas.
image source: carapedia.com |
Ciri-ciri kesusastraan lama secara umum, yakni:
1. Karya sastra disampaikan secara lisan (leluri)
2. Tidak diketahui siapa pengarangnya
3. Isi karangan istana sentris atau selalu menceritakan kehidupan raja, istana dan putra-putri raja
4. Isi cerita bersifat khayalan fantastis yang tidak masuk akal
5. Isi cerita mengandung pengaruh agama dan kepercayaan Hindu dan Arab.
Kesusastraan Masa Peralihan (Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi)
Kesusastraan masa peralihan juga disebut dengan masa Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi. Abdullah adalah seorang tokoh sastra yang mempengaruhi perubahan dalam karya sastra melayu lama yang awalnya bersifat khayal, fantastis dan istana sentris menjadi karya sastra yang lebih bersifat objektif dan membahas masalah kehidupan sehari-hari. Misalnya seperti kisah yang menceritakan perjalanan hidupnya dalam karya Hikayat Abdullah.
Jasa-jasa Abdullah dalam perkembangan kesusastraan yakni:
1. Membawa perubahan baru bagi kesusastraan Melayu dengan mengenalkan karya yang bersifat biografi.
2. Menerjemahkan kitab suci Al-Qur’an ke dalam bahasa Melayu.
3. Ikut serta dalam menyusun buku sejarah Melayu.